Cintai Budaya dengan Praktik Membatik Tulis di Kampung Batik Laweyan Solo

0
1266
Siswa SD Ta’mirul Islam memperhatikan seorang pekerja yang sedang membuat batik dengan teknik cap.

SDTI – Di tengah Kampung Batik Laweyan terlihat para siswa dibariskan di depan sebuah gedung. Setelah diarahkan oleh seorang guru, mereka dengan tertib masuk ke dalam gedung. Mereka kemudian melihat beberapa pekerja sedang membuat batik dengan teknik cap dan batik tulis.

Terlihat beberapa pekerja dengan cekatan menempelkan cetakan ke atas kain putih. Para siswa memperhatikan secara saksama. Tak lama kemudian, beberapa siswa dipanggil untuk praktik membatik tulis.

Itulah kegiatan siswa kelas VI SD Ta’mirul Islam Surakarta pasca Ujian Sekolah. Mereka mendapat pembelajaran softskill membatik di Pabrik Batik Merak Manis, Kampung Batik, Laweyan, Surakarta, Senin (12/6).

Baca juga : Isi Jeda UTS dengan Lukis Tampah

Mengisi jeda ujian sambil menambah wawasan budaya

Kepala SD Ta’mirul Islam Surakarta, Aris Paryanto mengatakan kegiatan tersebut selain sebagai kegiatan mengisi jeda setelah ujian, juga untuk menambah wawasan siswa terhadap budaya lokal sehingga mereka bisa tahu dan lebih mencintainya.

“Membatik juga mengasah motorik siswa. Selain itu, sikap atau perilaku mereka saat berkunjung ke luar sekolah bisa menjadi penilaian afektif bersosial di tengah masyarakat. Jadi, sekolah ini tidak hanya mengutamakan ilmu akademik saja,” tambah Aris.

Baca juga : Kenalkan Seni Budaya Lokal, Siswa Kelas 2 Membuat Batik Jumputan

Praktik langsung membuat batik tulis

Dengan penuh konsentrasi, seorang siswa belajar membatik tulis di Kampung Batik Laweyan, Surakarta.

Para siswa secara berkelompok praktik langsung teknik batik tulis. Sebelum membatik, siswa mengamati secara langsung pekerja yang membuat batik tulis. Tidak hanya itu, para siswa juga mendapat arahan dari instruktur tentang tata cara membatik secara benar.

Setelah paham, para siswa segera menempatkan diri di posisi masing-masing. Di hadapan mereka sudah ada kain putih yang sudah digambari pola batik. Kain putih tersebut nantinya akan dijadikan taplak meja. Setelah siap di posisinya, mereka mengambil canting dan mencelupkannya ke wajan yang berisi malam cair.

Mereka tampak hati-hati menebali pola dengan canting. Ada yang sekali gores berhasil, ada juga yang yang hasilnya agak belepotan. Tidak lupa, mereka pun menuliskan namanya masing-masing di kain batik. Hasil membatik akan diberikan ke sekolah sebagai tanda kenang-kenangan dari siswa kelas VI yang sebentar lagi lulus.

(Andi Dwi Handoko)

 

Tinggalkan Balasan